Bagi sebagain orang, mimpi tidak lebih dari sekadar bunga tidur yang tidak berarti apa-apa. Namun berdasarkan penelitian, mimpi kerap dipengaruhi kondisi kesehatan seseorang sehingga bisa juga digunakan untuk memprediksi penyakit.
Penelitian terbaru yang dipresentasikan diAmerican Academy of Neurology menunjukkan, mimpi yang bikin orang ngelindur sering menunjukkan adanya peningkatan risiko pikun atau demensia. Ada juga yang mengaitkan mimpi dengan risiko kanker maupun serangan jantung meski belum ada bukti kuat.
Beberapa kondisi kesehatan yang memang telah dibuktikan hubungannya dengan mimpi antara lain sebagai berikut:
1. Demam
Berada dalam kondisi sakit bisa memicu mimpi buruk, menurut penelitian di Mayo Clinic, terutama jika disertai demam. Jika seseorang kurang peka dengan tanda-tanda lain, ada baiknya mulai mewaspadai ancaman penyakit jika pada malam-malam sebelumnya sering mengalami mimpi buruk.
2. Stres
Tanda-tanda stres juga termasuk sering diabaikan, terutama karena manusia moderen sudah terlalu terbiasa menghadapi stres. Mimpi-mimpi ganjil seperti ketinggalan pesawat, ombak pasang dan sebagainya menurut DoctorOz.com merupakan tanda-tanda bahwa seseorang harus mulai agak santai.
3. Gula darah rendah
Mimpi buruk juga sering dialami oleh pasien diabetes yang sedang dalam fase hipoglikemia atau gula darah rendah, misalnya setelah penggunaan insulin. Tentu saja, pasien diabetes harus bisa mengenali tanda-tanda hipoglikemia yang lain sebelum mimpi buruk itu datang.
4. Hamil
Di masa kehamilan, seorang perempuan cenderung lebih sering bermimpi. Penelitian terhadap 166 ibu hamil di Israel menunjukkan, makin seram mimpinya justru makin rendah risikonya mengalami depresi postpartum atau depresi setelah melahirkan. Sementara menurut penelitian terhadap 290 ibu hamil di Italia, makin sering bermimpi maka durasi persalinan cenderung makin singkat.
5. Gangguan jiwa
Jika stres saja bisa mempengaruhi mimpi, maka tidak mengherankan jika gangguan jiwa yang lebih serius akan lebih berpengaruh. Penelitian terhadap para veteran perang Vietnam menunjukkan, 52 persen partisipan dengan gangguan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) sering mengalami mimpi buruk sementara angka rata-rata para orang sipil hanya 3 persen.